Tentang Hypnosis dan NLP

24/09/2013 12:47

Akhir-akhir ini  banyak pertanyaan seputar NLP dan hipnosis. Intinya, para rekan ini ingin tahu pendapat saya mengenai keunggulan NLP dibandingkan hipnosis atau sebaliknya. Mereka juga minta saran sebaiknya belajar yang mana, NLP atau hipnosis? 

Beberapa tahun silam saya juga mendapat pertanyaan yang sama. Dan saya yakin, di masa mendatang, pasti saya pasti akan ditanya lagi pertanyaan yang sama. 

Jadi, mana yang lebih unggul? Hipnosis atau NLP? 

Untuk menjawab pertanyaan ini saya akan mengutip pernyataan Richard Bandler dalam bukunya yang berjudul Guide to TRANCE-formation: How to Harness The Power of Hypnosis to Ignite Effortless and Lasting Change. 

Bandler mengatakan bahwa ia telah mempraktikkan hipnosis selama bertahun-tahun. Dalam bukunya ia dengan terbuka mengatakan bahwa hipnosis sangat penting dalam pengembangan NLP karena hipnosis memungkinkan kita untuk mengeksplorasi kondisi kesadaran khusus (altered state). Ia juga menyatakan bahwa NLP dapat dipandang sebagai "struktur" penting dari hipnosis. 

NLP dikembangkan dengan memodel tiga pakar terkenal: Virginia Satir, Milton Erickson, dan Frederick Perls. Ketiga pakar ini sangat jago dalam hipnosis. Tidak ada yang meragukan Milton Erickson dalam hal hipnosis. Virginia Satir semula menolak mengakui bahwa apa yang ia lakukan sangat sarat dengan unsur hipnosis, walau akhirnya mengakuinya. Perls juga menggunakan hipnosis, khususnya halusinasi, saat ia meminta kliennya membayangkan melihat dan mendengar seseorang duduk di kursi di depannya. 

Masih menurut Bandler hipnosis adalah satu kondisi kesadaran khusus yang sangat berguna untuk meng-instal berbagai strategi ke pikiran bawah sadar. Kondisi hipnosis sangat baik digunakan untuk belajar hal-hal baru.  

Sebenarnya tidak tepat bila dikatakan Hipnosis vs NLP. Yang lebih tepat adalah Hipnosis + NLP atau NLP + Hipnosis. Apapun strategi atau teknik dalam NLP, dari pengalaman saya sejauh ini, bila dilakukan dalam kondisi hipnosis yang dalam, hasilnya sangat luar biasa. 

Saya belajar NLP, khususnya teknik terapinya, telah mempraktikkan teknik-teknik ini, melakukan beberapa modifikasi teknik sesuai kebutuhan saya, dan telah berhasil mencapai hasil yang sangat luar biasa bagi klien-klien saya. Semua teknik ini dilakukan dalam kondisi hipnosis yang dalam dan ini sangat sejalan dengan apa yang dikatakan oleh Bandler. Anda bisa membaca tentang teknik-teknik NLP ini di buku The Secret of Mindset. 

Sebagai terapis kita tidak perlu membanding-bandingkan hipnosis dan NLP. Yang paling penting bagi kita adalah teknik apapun yang digunakan pastikan bermanfaat bagi klien. Apakah mau menggunakan teknik hipnosis, NLP, XYZ, atau apapun itu, yang penting klien sembuh. 

Yang penting adalah saat menggunakan hipnosis/hipnoterapi dan atau NLP kita benar-benar menguasai tekniknya sehingga dapat melakukannya dengan benar dan mencapai hasil maksimal. Yang disayangkan adalah bila seseorang belajar hipnosis/hipnoterapi dan atau NLP hanya setengah-setengah. Mau melakukan terapi dengan hipnosis/hipnoterapi tidak bisa. Dengan NLP juga tidak bisa. Kalaupun bisa, bisa dilakukan maksud saya, tapi hasilnya tidak efektif. Jadinya, serba salah. Dan yang kasihan adalah kliennya.

Saran saya, daripada berdebat mana yang lebih efektif, hipnosis atau NLP, lebih baik sebagai terapis kita bertanya pada diri sendiri dan dengan jujur menjawab pertanyaan, "Seberapa baik saya menguasai hipnosis atau NLP, seberapa cakap saya mampu mempraktikkan pengetahuan ini untuk membantu klien, dan seberapa efektif hasil terapi yang telah saya lakukan,selama ini, menggunakan teknik yang saya kuasai?"

 

Qoute Source by Adi W. Gunawan